Minggu, 02 Januari 2011
Jenderal termuda ini dikabarkan akan segera menggantikan ayahnya memimpin Korut
Pewaris kepemimpinan Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, membangun sebuah rumah dan tempat peristirahatan mewah di beberapa kota di negara itu. Pembangunan yang memakan biaya lebih dari US$150 juta atau sekitar Rp1,3 triliun ini dinilai bertolak belakang dengan keadaan rakyat Korut yang kelaparan.
Menurut laporan intelijen dan pantauan satelit Korea Selatan (Korsel), yang dilansir dari laman The Telegraph, Sabtu 1 Januari 2011, pembangunan dilakukan untuk mengimbangi peran besar yang akan diemban putra pemimpin Korut, Kim Jong-il di masa depan.
Jenderal termuda ini dikabarkan akan segera menggantikan ayahnya memimpin negara komunis Korut. Pembangunan dilakukan di kediaman Jong-un di Pyongyang dan di provinsi Hamgyong yang rencananya akan dibangun sebuah vila baru.
Dilaporkan, para warga setempat dipaksa untuk membantu pengerjaan rel kereta api dan jalan yang mengarah ke vila yang terletak di pusat mata air panas alami itu.
Intelijen Korsel juga melaporkan bahwa Korut juga tengah membangun sebuah galeri sedalam 90 meter di bawah laut, yang menampilkan kehidupan makhluk air di perairan dekat kota Songdown.
Korsel mengatakan bahwa pembangunan ini menambah jumlah vila mewah milik pemimpin Kim Jong-il yang kini mencapai sedikitnya 33 vila di seluruh negeri. Bahkan untuk menuju vila ini, Jong-il memiliki kereta dan stasiun pribadi.
Pembangunan yang bernilai triliunan rupiah itu dinilai tidak sesuai dengan keadaan rakyat Korut yang kelaparan. World Food Programme (WFP), Badan Pangan Dunia pada November melaporkan bahwa rasio makanan publik hanya memenuhi kebutuhan 68 persen penduduk Korut.
WFP mengatakan, sepertiga anak di Korut kekurangan gizi. Ibu hamil dan menyusui juga tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi mereka.
Hal ini jugalah yang membuat banyak warga Korut memilih hengkang dan desersi ke negara jiran serumpunnya, Korea Selatan. Korsel bahkan memberikan insentif dan penghargaan bagi warga Korut yang desersi.
Sejak tahun 1989 hingga 2009, telah lebih dari 14.000 orang yang memilih kabur ke Korsel. Tahun lalu, lebih dari 2000 orang memasuki Korsel melalui berbagai cara dan meminta kewarganegaraan.• VIVAnews
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar